Jumat, 28 Mei 2010
500 Anak Berkebutuhan Khusus di Sleman Belum Mendapatkan Hak Pendidikan
Putut mengatakan pada tahun 2009 di Provinsi DIY terdapat 2003 ABK usia sekolah yang belum mendapatkan hak pendidikan. Dari jumlah itu 500 anak diantaranya berada di Kabupaten Sleman.
” kami berharap agar Pemerintah Kabupaten Sleman dapat memberikan dukungan dan peran sertanya dalam pelaksanaan proyek Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus sebagai Kerangka Kerja Dinas Pendidikan mengenai Pendidikan Inklusi”.ungkapnya di sela – sela audensi yang berlangsung kamis pagi dipemkab sleman (1/4)
Putut menjelaskan proyek yang saat ini mereka tangani merupakan program kemitraan antara Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinsi DIY dengan Arbeiter Samariter Bund (ASB) yang merupakan suatu organisasi sosial di Jerman. Program ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah ABK yang mendapatkan pendidikan dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan inklusi. Putut mengatakan hasil yang diharapkan dari program ini adalah terbentuknya Panitia Pengarah Pendidikan Inklusi, adanya aksesibilitas informasi dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi antara Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/ Kota serta adanya peningkatan pemahaman dari Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota terkait dengan penyelenggaraan pendidikan inklusi. Program berdurasi 20 bulan yang dimuali dari Januari 2010 ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap program Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010-2015 tentang kenaikan 30% ABK yang mengakses pendidikan.
Sementara itu Wakil Bupati Sleman Sri Purnomo, menyambut baik dan menyampaikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sleman siap untuk mendukung program tersebut. Pemkab Sleman berharap program ini sebagai langkah awal agar anak-anak berkebutuhan khusus bisa lebih mendapatkan perhatian sehingga nantinya diharapkan dapat memberikan seluas-luasnya kesempatan kepada mereka terutama untuk memperoleh pendidikan.
Sumber (http://www.globalfmjogja.com/GLOBAL-NEWS/500-anak-berkebutuhan-khusus-di-sleman-belum-mendapat-hak-pendidikan.html)
Beasiswa Anak Berkebutuhan Khusus Ditambah
Dirjen Pendidikan Sekolah Luar Biasa (PSLB) Kemendiknas Eko Jatmiko mengatakan, beasiswa ini akan dialokasikan dari APBN Perubahan. Beasiswa yang akan diberikan pemerintah tahun ini sebesar Rp900.000 per anak per tahun. Jumlah ini meningkat bila dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar Rp600.000 per anak per tahun.
Jumlah anak yang akan menerima beasiswa ini juga bertambah signifikan dari tahun lalu yang mencapai 88.000 anak. Kriteria anak berkebutuhan khusus yang akan menerima beasiswa ini adalah anak cacat, pekerja anak, dan narapidana anak. “Kita sedang minta datanya dari Kemenakertrans, Kemenkumham, dan Kemensos supaya bisa langsung diplot dananya,” jelas Eko di Jakarta.
Eko menjelaskan, beasiswa ini berbeda dengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sebab, program bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan program prioritas di Kemendiknas. Selain memberikan beasiswa, Kemendiknas juga berencana membangun sekolah percontohan bagi anak berkebutuhan khusus.
“Kita akan buat sekolah percontohan di lembaga pemasyarakatan, rumah singgah, Balai Latihan Kerja (BLK) yang harus direalisasikan tahun ini,” jelasnya. Metode sekolah khusus ini, menurut Eko, tidak jauh berbeda dengan pendidikan reguler yang masih dapat mengikuti Ujian Nasional (UN). Peserta juga akan dapat ijazah layaknya sekolah biasa dan akan terdaftar di sekolah terdekat.
Direktur Pengawasan dan Norma Pekerja Perempuan dan Anak Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Nurasiah mengatakan, sebanyak 4.850 anak pada 2008 telah ditarik dari tempat kerja untuk bersekolah lagi.
Dari jumlah itu, sebanyak 790 anak ditarik ke pendidikan formal. Sedangkan 824 anak ditarik ke pendidikan keterampilan. Sisanya ditarik ke paket A,B,C dan layanan khusus. ”Meski demikian, program tersebut masih jauh dari harapan, yang berhasil kembali ke pendidikan hanya 500-an anak pada 2008,” paparnya.
Sumber (http://kampus.okezone.com/read/2010/02/16/65/304017/65/beasiswa-anak-berkebutuhan-khusus-ditambah)
Dukungan Tulus bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Itulah cerita I am Sam, film keluarga yang dirilis tahun 2001 dan dibintangi Sean Penn, aktor kawakan Amerika. Ceritanya mampu menggambarkan bagaimana seorang penyandang autisme hidup berdampingan dengan masyarakat bahkan mampu bersosialisasi. Anak autisme atau berkebutuhan khusus, bisa mandiri apabila orang-orang di sekitarnya mau menerima dan mendukungnya.
Definisi
Menurut situs Yayasan Autisme Indonesia, autisme bukanlah penyakit, tapi merupakan gangguan perkembangan kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Gangguan neurologi pervasif ini terjadi pada aspek neurobiologis otak dan memengaruhi proses perkembangan anak. Akibatnya, anak tidak dapat otomatis belajar berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya, sehingga dia seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri.
Dari tahun ke tahun, jumlah anak penyandang autisme terus bertambah di dunia. Tidak pandangan suku, ras, etnis, kelompok masyarakat, dan perbedaan fisik, autisme bisa terjadi pada siapa pun. Seperti informasi dari situs Autismworld, diperkirakan setiap hari ada 50 anak yang terdiagnosa autisme. Penyandangnya lebih banyak laki-laki dibanding anak perempuan dengan perbandingan 4:1.
Deteksi Autisme
Observasi perilaku bisa mulai dilakukan saat anak-anak masih berusia dini di bawah umur tiga tahun atau saat bayi sekalipun. Biasanya, para orangtua mulai merasakan ada kejanggalan dibandingkan anak-anak seumurnya. Danny Tania, Program Manager & Acting Principal Linguistic Council, memaparkan bahwa untuk membantu mendeteksi anak mengalami autisme atau tidak, bisa dilihat dari sensory processing disorders, baik berupa over sensitive atau under sensitive.
Anak-anak penyandang autisme umumnya mengalami suatu hambatan dan kerusakan fungsi bagaimana mereka memroses panca indera dari lingkungan sekitar. Akibatnya, anak penyandang autisme cenderung bersikap aneh, misalnya menarik diri, cuek, marah-marah, atau impulsif.
Langkah Tepat
Oleh karena itu, kemampuan orangtua dalam mendeteksi dini akan memberikan pengaruh yang amat bermakna bagi masa depan anak penyandang autisme. Pasalnya, tanggung jawab terbesar dan ikatan emosional dalam membesarkan anak ada di tangan mereka.
Di sinilah, orangtua memerlukan observasi akurat dan perlu melibatkan para pakar di masing-masing bidangnya. Danny menyarankan ada tiga jenis pakar yang sudah berpengalaman dalam menangani anak berkebutuhan khusus seperti autisme, yakni psikolog klinik dengan spesialisasi tumbuh kembang anak, pediatric neurologist dan terapis okupasi.
Orangtua dapat berperan sebagai asisten guru atau asisten sang psikolog. Bahkan saat pembuatan Individualize Education Plan (IEP), mereka bisa memberikan informasi penting untuk anaknya dalam tahap usia tertentu.
Untuk membantu mengasah kemampuan orangtua, mereka dapat mengikuti program pelatihan dan pendidikan kebutuhan khusus yang tersedia di Linguistic Council. Di lembaga ini, tidak hanya para orangtua, tapi guru dan pemerhati bisa mendapatkan keterampilan khusus dan pemahaman yang tepat tentang bagaimana mendeteksi, mengajar, serta membantu anak-anak berkebutuhan khusus. Contohnya autisme, disleksia, ADD/ADHD, dipraksia, atau anak-anak dengan learning difficulties.
"Jangan jauhi anak-anak berkebutuhan khusus, namun dukung mereka agar kelak dapat mandiri, menyesuaikan diri dengan orang-orang dan lingkungan sekitar. Di samping itu, juga dapat memaksimalkan potensinya dan menyumbangkan kemampuannya kepada masyarakat, dalam arti sudah bisa bekerja," ujar Danny menutup pembicaraan.
Sumber (http://female.kompas.com/read/xml/2010/04/07/09511175/Dukungan.Tulus.bagi.Anak.Berkebutuhan.Khusus)
Tunagrahita
1. Tunagrahita ringan (IQ : 51-70),
2. Tunagrahita sedang (IQ : 36-51),
3. Tunagrahita berat (IQ : 20-35),
4. Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah 20).
Pembelajaran bagi individu tunagrahita lebih di titik beratkan pada kemampuan bina diri dan sosialisasi.
Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus)
Kesulitan belajar
Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus)
Tunalaras
Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus)
Tunadaksa
Sumber (http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus)
Dampingi Anak Berkebutuhan Khusus
Jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Pada Hari Autis Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu diketahui bahwa prevalensi anak berkebutuhan khusus saat ini mencapai 10 anak dari 100 anak. Berdasarkan data ini menunjukkan 10 persen populasi anak-anak adalah anak berkebutuhan khusus dan mereka harus mendapatkan pelayanan khusus.
Anak yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami keterbelakangan mental, ketidakmampuan belajar atau gangguan atensi, gangguan emosional atau perilaku, hambatan fisik, komunikasi, autisme, traumatic brain injury, hambatan pendengaran, hambatan penglihatan, dan anak-anak yang memiliki bakat khusus.
"Mereka secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai aktualisasi potensinya secara maksimal," ucap Dra Psi Heryanti Satyadi MSi saat acara seminar bertema "Mengatasi Anak Berkebutuhan Khusus/Special Needs" yang diselenggarakan KiddyCuts.
Psikolog yang berpraktik di Jalan Paku Buwono VI Nomor 84 Kebayoran Baru ini juga mengatakan, eningkatnya populasi anak berkebutuhan khusus ini salah satunya karena perubahan gaya hidup. "Banyak penyebab meningkatnya angka populasi ini. ang pertama adalah karena semakin banyaknya orang yang peduli terhadap anak berkebutuhan khusus dan adanya perubahan gaya hidup yang memang berbeda pada zaman dulu," ujarnya psikolog dari I Love My Psychologist ini.
Di zaman sekarang ini, banyak orang tua yang hanya memiliki sedikit waktu untuk keluarga. Hal tersebut juga berdampak pada anak-anak yang menjadi kurang perhatian, terutama pada anakanak yang berkebutuhan khusus. "Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya," papar psikolog yang berpraktik di Kawasan Kelapa Gading ini.
Penyebab seorang anak mengalami keterbelakangan mental ini disebabkan beberapa hal. Antara lain dari dalam dan dari luar. Jika dari dalam adalah karena faktor keturunan.
Sedangkan dari luar memiliki banyak penyebab. Penyebab dari luar ada beberapa faktor. Satu di antaranya karena maternal malanutritisi (malanutrisi pada ibu). Ini biasanya terjadi pada ibu hamil yang tidak menjaga pola makan yang sehat, keracunan atau efek substansi.
Hal tersebut bisa memicu kerusakan pada plasma inti, kerusakan pada otak waktu kelahiran, gangguan pada otak. Misalnya tumor otak, bisa juga karena gangguan fisiologis seperti down syndrome.
"Penyebab dari luar juga bisa. Misalnya karena pengaruh lingkungan dan kebudayaan. Biasanya ini terjadi pada anak yang dibesarkan di lingkungan yang buruk. Kasus abusif, penolakan atau kurang stimulasi yang ekstrem dapat berakibat pada keterbelakangan mental," katanya.
Pada umumnya, anak-anak yang berkebutuhan khusus dan sebagian anak normal mengembangkan suatu bentuk perilaku yang perlu perhatian dan penanganan secara khusus dan hati-hati.
Perilaku tersebut bisa saja terjadi karena anak merasa frustrasi tidak dapat mengekspresikan dirinya dengan kata-kata yang komunikatif agar dipahami orang lain. Akhirnya amarahnya meledak dan mengamuk.
"Banyak anak berkebutuhan khusus mengalami masalah serius dalam pengendalian perilaku dan memerlukan bantuan untuk mengendalikan ledakan-ledakan perilaku agresif, yang tidak relevan dengan situasi sosial sehari-hari," papar ibu dua anak ini.
Dokter ahli kejiwaan Dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, anak yang perlu penanganan khusus tidak harus belajar di sekolah khusus. Mereka bisa saja disekolahkan di sekolah umum bersama anak normal lainnya.
"Jika anak disekolahkan di sekolah umum, itu adalah langkah yang tepat dilakukan orang tua asalkan mereka bisa mengikuti pelajarannya," ujar Kepala Divisi Psikiatri Anak Departemen Psikiatri FKUI/RSCM tersebut.
Sumber http://www.childcare-center.com/artikel/154-dampingi-anak-berkebutuhan-khusus.html
Pendidikan Anak-anak Berkebutuhan Khusus Masih Minim
Eko Djatmiko Sukarso, Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, usai acara kerjasama pendidikan teknologi informasi antara IBM dan Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, di Jakarta, akhir pekan lalu, menjelaskan layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami ketunaan ataupun yang memiliki kebutuhan khusus lainnya cukup kompleks dan tersebar luas yang hingga saat ini masih belum bisa ditangani pemerintah secara maksimal. Masih banyak anak-anak usia sekolah yang belum terlayani.
Menururt Eko, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah luar biasa. Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak-anak cerdas istimewa/berbakat istimewa, anak-anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak-anak jalanan, anak-anak di dalam lembaga tahanan masyarakat, anak-anak korban bencana alam, anak-anak yang menderita HIV/AIDS, anak-anak pelacur, anak-anak korban perdagangan orang, hingga anak-anak suku terasing.
Untuk anak-anak cerdas/berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas-kelas akselerasi. Sekitar 1 juta lebih anak-anak bangsa yang cerdas/berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahauan dan teknologi, seni, budaya, dan bidang-bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan sesuai kebutuhan mereka.
Sementara itu, ada puluhan ribu anak-anak tenaga kerja Indonesia, misalnya di Malaysia dan Mekkah, yang juga belum mendapat layanan pendidikan. Padahal, anak-anak yang berada di luar negeri itu juga berhak untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Meskipun masih banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang belum terlayani, kata Eko, justru alokasi dana untuk layanan pendidikan itu sangat kecil. Bahkan, untuk tahun depan, dana pendidikan jenis ini anggarannya dipotong sepertiga dari kebutuhan riilnya. "Tetapi dengan dana terbatas, kami tetap berusaha untuk bisa mengembangkan sekolah-sekolah model untuk membuktikan pada masyarakat sekitar, bawa anak-anak ini bisa berkembang asal diberi kesempatan yang sama, termasuk dalam pendidikan" kata Eko.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh menegaskan pendidikan tidak boleh diskriminatif terhadap siapa pun. Pendidikan yang sama dan berkualitas mesti bisa dinikmati semua anak. UNtuk tahun depan, salah satu bentuk pendidikan tidak diskriminatif itu adalah memperbaiki layanan pendidikan bagi anak-anak yang berada di lembaga tahanan masyarakat.
Sumber(http://www.pendidikan-diy.go.id/?view=baca_berita&id_sub=1263)
Anak Hiperaktif, Lima Tahun Dirantai
Orang tua Januper, berinisial AK (50) memasangkan rantai di kaki kanannya, serta menempatkannya di ruang tamu rumah kontrakan mereka di Jalan Budi Utomo, Gang Selat Sunda, RT 02 RW 09, Kota Pontianak.
Kepala Kepolisian Sektor Utara, Ajun Komisaris (Pol) Pungky Buana Santoso, Selasa, menyatakan mengetahui peristiwa itu setelah mendapat informasi dari Yayasan Nandadian Nusantara Kalbar.
Yayasan perlindungan anak dan bantuan hukum itu mendapat informasi dari masyarakat bahwa ada seorang anak laki-laki yang dirantai oleh orangtuanya. "Setelah mendapat kabar tersebut kami langsung meluncur ke TKP (Tempat Kejadian Perkara)," kata Pungky Buana Santoso.
Ia mengatakan, melihat kondisi anak itu, pihaknya lantas membawa korban dan beberapa orang saksi ke Polsek Utara untuk diamankan. Hingga kini Polsek Utara masih melakukan pencarian terhadap orangtua anak itu, Ak untuk dimintai keterangan.
Menurut dia, tidak menutup kemungkinan perlakuan orangtua dengan merantai anaknya akan mengarah kepada tindak pidana.
"Kami sangat menyayangkan kenapa baru sekarang kasus tersebut dilaporkan, sehingga anak itu harus menderita selama lima tahun dan hidup dalam kondisi dirantai," katanya.
Hingga kini pihak Polsek Utara masih belum bisa menentukan Undang-undang yang akan dijeratkan kepada orangtua Januper, karena masih belum dilakukan pemeriksaan. Sampai berita ini diturunkan orangtua Januper masih belum berada di Polsek Utara.
Sementara aktivis Yayasan Nandadian Nusantara Kalbar, Devy Tiomana, mengatakan, akan memulihkan trauma yang dialami Januper sebagai akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) serta mengecek kebenaran apakah memang benar anak tersebut mengalami cacat mental.
"Saya melihat secara sekilas anak tersebut tidak mengalami kelainan yang menonjol, kalau memang nakal saya melihat wajar-wajar saja, apalagi anak laki-laki. Kita berharap penanganan kasus ini bisa secepatnya diselesaikan," katanya.
Sumber (http://www.antara.co.id/view/?i=1190712318&c=NAS&s=)
Mengendalikan Hasrat Biologis Si Autis
Menurut Yanti, pemahaman Ajis sangat rendah mengenai perilaku seks. Ditambah, dia suka mengamuk saat dilarang, dan kembali memegang payudara jika didekati. Yanti mengajar di Miracle School & Therapy di Kedoya Raya, Jakarta Barat. Sudah satu tahun dia mengajar di sekolah inklusi itu. Dia kerap kesulitan menghadapi remaja dengan autistik yang berperilaku seperti Ajis.
Praktisi terapi perilaku, Dra Dini Oktaufik, melihat kemampuan prasyarat Ajis tampak belum terpenuhi. Pertama, soal kepatuhan yang belum bagus, ditambah perilakunya yang juga belum bagus. Dalam kasus ini, Dini menyarankan, pengajar memakai meja besar agar tangan anak tidak bisa meraih dada pengajarnya. Gunakan konsep token behavior--sebagai tanda penghargaan atas perilaku baik untuk anak autis.
Misalnya, dijelaskan oleh Dini, buatlah visual reminder--tulisan "Tangan Baik"--yang diletakkan di atas mejanya. Berikan ke anak tugas sederhana. "Targetnya bukan tugas itu, melainkan untuk mengajari tangannya," ujar psikolog dari Yayasan Intervention Service for Autism and Developmental Delay ini saat seminar.
Katakanlah, jika selama 30 detik tangannya tidak menjamah lagi dada si pengajar, beri kejutan kepadanya. Dini menyarankan untuk memberi makanan yang diletakkan di atas visual reminder tadi (tulisan "Tangan Baik"). Jadi si anak paham bahwa perilakunya itu baik.
Yang penting, jangan banyak menasihati secara verbal ke mereka. "Karena itu tidak diproses dalam otaknya. Autis lebih menyerap secara visual."
Selanjutnya, setelah tangan sudah baik, boleh diganti mejanya dengan yang lebih kecil. Kalau dia kumat lagi, tangkis tangannya sampai tidak berhasil. Kalaupun berhasil menyentuh, yang disentuh tidak boleh heboh. Bisa jadi si anak belum tahu sensasi memegang payudara. Tapi dia lebih mencari sensasi reaksi orang yang disentuh. "Pastikan kita tidak memberikan sensasi yang dia cari," tuturnya.
Lebih jauh, beberapa remaja dengan autistik doyan masturbasi. Memang, masturbasi adalah alamiah--sama seperti orang lapar. Meski dialihkan membaca buku, tetap rasa lapar datang juga. Sehingga pada waktu tertentu, menurut Dini, mereka butuh pelepasan. "Yang harus diajarkan adalah di mana boleh melakukan itu." Misalnya, di kamar mandi di kala sendiri. "Sehingga mereka paham akan privasinya."
Cerita unik juga dipaparkan oleh Nazila--pengajar anak berkebutuhan khusus di Jakarta--dalam seminar itu. Salah satu muridnya menjadikan masturbasi sebagai senjata untuk lari dari proses belajar. Remaja dengan autistik ini seperti mempelajari bahwa masturbasi bisa jadi pelarian dari terapi. "Mereka menganggap sudah lepas dari tugas, dapat yang asyik-asyik lagi di kamar mandi," kata Dini.
Untuk perilaku yang satu ini, Dini menyarankan, sebaiknya anak dibebastugaskan dulu dari program matematika, baca, tulis, dan lain-lain. Beri tugas yang mudah, yang dia pernah kerjakan. Targetnya, menghentikan perilaku lari dari terapi dengan masturbasi. Berikan reward yang tepat dan menarik, sehingga dia lebih merasa mendapatkan reward dari terapis daripada diri sendiri dengan melakukan kegiatan seks tadi. "Lebih baik gunakan the power of reward daripada the power of punishment," Dini menjelaskan.
Banyak contoh lain perilaku seks remaja dengan autistik, mulai kebiasaan memegang kemaluan hingga memperhatikan atau menyentuh bagian vital tubuh orang lain. Kebiasaan ini sering kali baru disadari oleh orang tua seiring dengan anak tumbuh dewasa. "Orang tua kadang baru sadar saat mereka (anak dengan autistik) melakukan hal itu di depan umum," kata Dini.
Bahkan orang tua sering kali salah didik mengenai perilaku seks pada anak dengan autistik. Contoh, Dini pernah "disenggol" lututnya oleh remaja dengan autistik saat sedang berdiskusi dengan orang tua remaja itu. Dan yang dilakukan orang tua anak itu sungguh di luar dugaan Dini. "Mereka malah tertawa dan mengatakan 'Aduh, jangan begitu dong, Mas'," Dini bercerita.
Yang terjadi, tertawa itu malah membawa konsekuensi positif. Maka perilaku negatif si anak yang diganjar konsekuensi positif mengakibatkan perilaku negatif menjadi menetap. "Anak menjadi terbiasa seperti itu," katanya.
Pendiri Masyarakat Peduli Autisme Indonesia, Gayatri Pamoedji, mengakui pendidikan seks untuk anak dengan autistik jarang dibicarakan, sehingga sejumlah remaja dengan autistik memiliki perilaku seks yang tidak baik.
Bisa jadi, menurut Gayatri, seks di Indonesia dianggap tabu atau tidak penting. Selain itu, orang tua lebih berfokus meningkatkan kemampuan anaknya di bidang akademik. "Padahal anak dengan autistik akan tumbuh dewasa," tutur penulis buku 200 Pertanyaan dan Jawaban Seputar Autisme ini dalam kesempatan terpisah.
Sumber (http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2010/04/05/brk,20100405-237881,id.html)
Fenomena Anak Indigo, Tanda-tanda Kiamat ?
Indigo memang menjadi fenomenal lantaran isu marginal, hanya sedikit yang paham betul tentangnya. Banyak diagnosis yang keliru terhadapnya. Dalam perspektif ilmu yoga, menurut Dr. Tubagus Erwin Kusuma, anak indigo mengalami kekurangan cakra warna kuning di bagian ulu hatinya. Warna kuning dalam aura terkait dengan pergerakan manusia. Lantaran kekurangan warna kuning, anak indigo umumnya kurang bergerak atau sebaliknya terlalu aktif bergerak hingga sering diduga mengalami gangguan ADHD (attention deficit hyperactivity Disorder), ADD (Attention Deficit Disorder), atau bahkan autis. Pernah saya lakukan survey terhadap asal usul anak sekolah Autis yang pernah saya selenggarakan, sulit untuk dikatakan berasal dari golongan sosial masyarakat tertentu. Namun dari penyebab kurangnya warna ungu ulu hati yang mempengaruhi pergerakan sebagaimana menurut dr Tubagus Erwin Kusuma tersebut kemungkinan tersebut disebabkan oleh faktor makanan yang dikomsumsi. Dari kasus yang saya temukan, anak indigo yang cenderung autis banyak dijumpai dalam kehidupan perkebunan yang menggunakan insektisida secara intensif. Namun apakah asumsi ini cukup akurat, belum dapat dikuatkan karena tidak dilakukan penelitian.
Mungkin bagi orang lain, apa yang saya pernah lakukan adalah sebuah perbuatan yang kurang kerjaan karena dianggap membuang uang yang tidak ada manfaatnya. Sebagai orang yang merasa lebih “beruntung” saya menyisihkan sejumlah dana kecil untuk membiayai sekolah autis dengan maksud mempelopori penelitian anak indigo tersebut. Ketertarikan saya tersebut didorong rasa penasaran apa yang menyebabkan diri saya dapat melihat mahluk halus, kemampuan itu hilang ketika saya sudah mengerti bahwa apa yang saya lihat bukanlah manusia, dan timbul rasa takut luar biasa.
Pendapat yang mengatakan bahwa anak indigo karena mempunyai indera keenam adalah anak yang dipengaruhi oleh Jin, syeitan atau iblis yang membawa kita kelubang neraka saya pandang sebagai sikap yang menjustifikasi. Yang saya alami justru sebaliknya, mereka bangsa Jin itu justru memberikan kepada saya cara pandang yang sangat moderat dan masuk akal bahkan lebih manusiawi. Kadang saya dianggap telah sesat oleh lingkungan saya dan untuk mengubah pandang saya ajak banyak orang untuk berkomunikasi secara beramai2. Saya ambil contoh langsung, saya minta bangsa Jin itu melalui mediator agar menjelaskan kepada saya apa yang dilakukan oleh salah satu pegawai saya. Reaksi pegawai saya adalah rasa takut karena bangsa Jin itu mampu menjelaskan apa yang dilakukan oleh pegawai saya itu secara detail. Dilain waktu saya minta bangsa Jin itu menceritakan masa kecil saya, sangat tepat, saya sebagai anak nakal dengan tingkah polahnya.
Logikanya, kita mampu meramal dengan bantuan bangsa Jin itu. Misalnya meramalkan bencana gempa, mungkin saja bangsa Jin yang dapat masuk dalam alam multi dimensi itu mampu melihat retakan lempengan bumi, olah pikir akan memperkirakan retakan itu terus menjalar dan akan runtuh karena adanya rongga. Komunikasi dengan bahasa batin antara bangsa Jin dengan manusia adalah sebagai data untuk dianalisa oleh otak manusia menjadi sebuah kemungkinan yang akan terjadi. Dikatakan ramalan karena hanya Tuhan yang dapat menentukan masa depan, itu yang harus diyakini.
Anak indigo akan menjadi introvert atau nyleneh karena cara pandang yang salah, disanjung karena dianggap hebat seperti fatih atau ponari yang dipercaya mampu menggantikan peran dokter atau dianggap aneh karena tidak seperti anak lainnya. Anak Indigo seperti dewasa belum waktunya, mempunyai pengetahuan lebih dari anak seusianya karena kita tidak faham cara belajarnya. Kebesaran Tuhan yang tidak bisa diterima oleh nalar, mestinya anak Indigo itu diterima sebagai kebesaran Tuhan, bukan dicurigai sebagai penganut setan.
Annisa, menerbitkan buku dalam usia 9 tahun itu, menjadi luar biasa karena sangat fasih berbahasa Inggris seperti yang kita saksikan tentang kisahnya di media televisi. Tidak ada yang membimbingnya, bahkan orang tuanya tidak mempunyai kemampuan berbahasa Ingris secara baik. Dalam ajaran islam bahwa tidak diciptakan manusia dan jin kecuali menyembahnya, adalah keyakinan bangsa jin itu juga mahluk ciptaan Tuhan. Sama seperti manusia, bangsa jin mempunyai tatanan sosial dan menggunakan bahasa seperti bahasa manusia. Artinya kemampuan Anissa berbahasa Ingris dan ilmu lainnya itu adalah sebagai kebesaran Tuhan adanya hubungan dua mahluk ciptaannya, ambil positive, Anissa mempunyai kemampuan lebih karena kehendakNya.
Sebuah pandangan tentang anak Indigo yang dicurigai dipengaruhi syeitan, dikaitkan pula dengan akhir zaman tidaklah salah karena manusia memiliki kebesan berfikir. Demikian juga ilmuwan yang meneliti anak Indigo juga patut kita apresiasi untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Tergantung kepada kita cara berfikirnya, cara berpikir akan menentukan kemajuan kita sebagai sebuah bangsa.
Sumber (http://kesehatan.kompasiana.com/2010/05/26/fenomena-anak-indigo/)
Menang Lomba Lari, Anak Tuna Grahita Dapat Hadiah dari NISP
Saat ditanya oleh tribunnews.com, Febri , begitu dipanggilnya, sang penyandang tuna grahita ini dengan malu-malu mengatakan capek.
Herlina (39) selaku orang tua Febriansyah memperlihatkan kegembiraannya dengan menangnya seorang Febriansyah.
" Aduuuhh seneng banget saya mas. Tadi saya sempet putus asa karena anak saya berteriak "capek ma....capek...tapi saya support terus akhirnya menang..pokoknya saya seneng banget,"ujarnya.
Febriansyah mendapatkan hadiah piala dan sejumlah uang tunai sebesar Rp 750.000,00 dari sponsor utama OCBC NISP.
Sementara Ferdi Ramadhan (15) siswa kelas 7 di SLB Bina Karya Insani Jakarta Timur mendapatkan trofi dan uang tunai sebesar Rp.500.000.00 karena telah berhasil menjadi juara 2 dalam lomba ini.
Ferdi pernah mendapat medali emas di Australia dalam bidang atletik pada tahun 2008. "Waktu itu ia berprestasi juara I lompat jauh kategori low ability dan juara 2 tim sepak bola dari Indonesia dalam acara Special Olympic Junior Game di Canberra, Australia 2008," ungkap Ernim Ilyas (53), orang tua Ferdi.
Selain itu, penyandang tuna grahita yang tinggal di Kampung Sumur RT 12 RW 10 No. 111 Klender, Jakarta Timur ini, pada tahun 2009, mendapatkan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden karena banyaknya prestasi yang ia peroleh baik dari tingkat nasional maupun internasional.
Sumber (http://www.tribunnews.com/2010/03/21/menang-lomba-lari-anak-tuna-grahita-dapat-hadiah-dari-nisp)
195 Anak Penyandang Cacat Tuna Grahita Ikut Seleksi Pornas
Menurut Ketua Panitia Porda Soina II, Fatimah Azis, para penyandang Tuna Grahita tersebut mengikuti tujuh cabang. "Yakni atletik (lompat jauh dan lari 25 meter hingga 800 meter), sepakbola, bola volley, renang, basket, bulutangkis, dan tenis meja," kata Fatimah kepada wartawan Senin, (10/05/2010).
Ia menambahkan, Porda SoIna tersebut bertujuan untuk menyeleksi pemain dari Sulawesi Selatan untuk kegiatan Pornas. Setelah itu, diharapkan, peserta dari Sulawesi Selatan bisa meraih juara untuk kegiatan sama di tingkat Internasional yang akan digelar di Athena, Yunani. "Mudah-mudahan bisa mengulang prestasi dari Sulsel. Sebab pertandingan sebelumnya, dari Sulsel ada yang mewakili Indonesia ke ajang internasional," tambahnya.
Lebih dari itu, Fatimah berharap kepada pemerintah agar memperhatikan dan mengangkat harkat dan kesejahteraan penyandang tuna grahita, bukan saja tanggung jawab pemerintah tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. "Dukungan tersebut sangat penting untuk menumbuhkan kepercayaan diri mereka. Termasuk mendorong agar anak-anak tuna grahita dapat berprestasi bukan saja ditingkat lokal, akan tetapi sampai pada event internasional," katanya lagi.
Saat ini, pemprov Sulsel mendata terus anak-anak yang menderita Tuna Grahita. Menurut Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Nukmang, Pemprov Sulsel siap membantu kebutuhan para penderita Tuna Grahita. "Meski sedikit, tapi kita berupaya maksimal untuk memuaskan mereka," tegas Agus Arifin Nukmang.[hsb]
Sumber (http://seruu.com/makassar-seruu/195-anak-penyandang-cacat-tuna-grahita-ikut-seleksi-pornas/itemid-493)
Kasus Salim, Wajah Penderita DS Hampir Sama
Anak yang muncul tiba-tiba itu memang memiliki ciri fisik yang sama dengan Salim asli, anak pasangan Bunyamin (70) dan Kaswina (60). Anak itu mengalami keterbelakangan fisik dan mental atau lebih dikenal dengan istilah down syndrome (DS).
Menanggapi kasus ini, Kepala Sekolah SLB Al Gaffar Guchany, Teten Trisyatun, menyatakan, pihak keluarga mungkin saja memercayai anak tersebut sebagai Salim karena melihat ciri fisiknya yang sama.
Menurut Teten, penderita DS cenderung memiliki ciri fisik yang sama, seperti badan yang relatif pendek, wajah yang menyerupai orang mongolia, dan ciri-ciri khas lain.
"Sering disebut dengan mongoloid. Penderita down syndrome juga biasa dibilang wajah sedunia karena hampir sama di seluruh dunia," ucap Teten di kantornya di Pondok Gede, Bekasi, kepada Kompas.com, Sabtu (29/1/2010).
Teten yang telah mendidik anak penderita down syndrome sekitar 20 tahun itu menjelaskan, ciri khas mongoloid adalah pada bagian wajah tampak hidung yang datar, mulut yang mengecil, lidah yang menonjol keluar, dan mata sipit.
Pada tubuh lain, tangan lebih pendek, serta jarak antarjari, baik pada tangan maupun kaki, melebar, dan ciri-ciri lain. "Saat ini saya mendidik lima anak down syndrome, mukanya sama semua," ucapnya.
Meskipun anak down syndrome memiliki ciri fisik yang relatif sama, katanya, mereka tetap memiliki perbedaan fisik antara satu dan yang lain, seperti tinggi badan dan warna kulit. "Di wajah pasti ada ciri khusus yang saling membedakan antarmereka yang pasti dikenali orangtua," kata Teten.
Ketika ditanya mengapa sikap anak yang mirip Salim itu sangat akrab dengan keluarga Salim meskipun tidak mengenal sebelumnya, ia menjawab, hal itu wajar. Penderita down syndrome, tutur Teten, cenderung memiliki sikap ramah, cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
"Mereka itu cenderung periang, cepat membaur, ramah sama siapa pun, termasuk kepada orang asing. Dia akan menganggap orang yang tidak dikenalnya seperti orangtuanya sendiri jika orang itu memberi rasa aman kepadanya," paparnya.
"Tapi, setiap anak tetap memiliki sikap yang khusus yang dapat dikenali orangtuanya," tambah Teten.
Bagaimana dengan pengakuan orangtua Salim bahwa anak yang mirip Salim itu datang secara tiba-tiba ke rumah keluarga Bunyamin, ayah Salim? "Kalau memang benar datang sendiri, saya juga bingung. Mungkin lebih baik ke pendekatan agama. Orangtuanya kan tahu Salim sudah meninggal," jawabnya.
"Yang jelas, kalau orangtua itu mau merawat anak tersebut seperti anaknya sendiri, itu sangat mulia. Jangan dieksploitasi, misalnya banyak orang datang ke rumahnya terus dimintai uang," ujar Teten.
Sumber (http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/29/10343259/Kasus.Salim..Wajah.Penderita.DS.Hampir.Sama.)
Reviera, Anak Down Syndrome Juara Renang Internasional
"Saya tahu dia menderita down syndrome tak lama setelah bersalin. Waktu itu perasaan saya tidak karuan," aku Goieha pada Kompas.com.
Goieha ingat, sejak dilahirkan wajah anak keempatnya itu mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol. Untuk memastikan keadaan Reviera, dokter di R.S Manuela Jakarta menyarankan untuk memeriksakan darahnya di saat umurnya sudah enam bulan. "Saya sangat kaget dan sedih. Dokter memberikan gambaran terburuk, kalau anak down syndrome tidak bisa mandiri. Jangankan megang pensil, nyisir aja tidak bisa," ungkap isteri Tan Bun Hok (55) mengenang.
Dari hasil pemeriksaan laboratorium, kromosom Reviera berjumlah 47. Bayi normal dilahirkan dengan jumlah kromosom sebanyak 46 kromosom (23 pasang) yaitu hanya sepasang kromosom 21 (2 kromosom 21). Menurut penelitian para ahli, 95 persen penderita down syndrome memang disebabkan kelebihan kromosom 21.
Menurut Goieha, ia baru mulai bisa menerima Reviera, di saat anaknya yang kelahiran 30 Oktrober 1993 berumur tiga tahun. Saat itu, ia mulai menyekolahkannya di Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita Kemayoran Jakarta. "Beruntung saya bertemu dengan orangtua yang senasib. Saya semakin menerima keadaannya ketika bergabung di ISDI (Ikatan Sindroma Down Indonesia)," tutur Goieha, yang anak ketiganya telah meninggal.
Situasi baru dalam batin Goieha ini tampaknya memengaruhi pola relasinya dengan Reviera. Anak yang saat ini sudah menginjak kelas 2 SMP ini mampu mementahkan ramalan dokter. "Di luar dugaan Reviera bisa menulis dan membaca. Berhitung juga sudah bisa. Kemampuan renangnya pun menonjol dibanding anak cacat lain," papar Goieha.
Sadar akan bakat anak keempatnya itu, ia memfasilitasi Reviera dengan latihan renang seminggu dua kali di Club SOINA (Special Olympic Indonesia) Sunter Jakarta. "Sebelum mengikuti lomba di Australia, Reviera rutin ikut lomba Porcada tingkat DKI dari tahun 2005-2007. Banyak penghargaan yang telah ia terima," ucap Goieha.
Di tengah perbincangan, Reviera meminta minum. Tak lama kemudian, ada seseorang memberikan ia sebotol air mineral. "Thank You," kata Reviera dengan cukup jelas. Kontan kejadian itu membuat kaget beberapa orang yang ada di sekitar kami. Dengan cepat ia menghabiskan minumnya, tanpa kehilangan senyumnya. "Mam...lapar," lanjut Reviera, kali ini ucapannya agak sulit ditangkap.
Senyum yang ditampakkannya itu seolah ingin memberitahu kepada khalayak bahwa ia bahagia. Karena, ia baru saja mendapat penghargaan Kategori Anak Penyandang Cacat Berprestasi Internasional dari Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono. "Bahagia...bahagia," paparnya dengan senyum lebar.
Kehadiran Reviera semakin diterima dalam keluarga. Ronald dan Rodney, saudaranya, sangat menyayangi dan melindungi Reviera. "Dia sangat disayang, apalagi umurnya jauh, sama yang kedua aja bedanya 8 tahun," kata Goieha.
Prestasi demi prestasi yang diukir Reviera membuat Goieha terus bertekad melatih renang putrinya. "Saya harap bisa dikirim ke Special Olympic World Summer Game di Athenna tahun 2011," harap Goieha, yang disambut anggukan oleh Reviera.
Sumber (http://titiana-adinda.blogspot.com/2009/07/reviera-anak-down-syndrome-juara-renang.html)
Anak Berkebutuhan Khusus – Jangan Sisihkan Anak-anak “Down Syndrome” Itu…
“Semua anak haruslah dianggap sama. Janganlah mereka disisihkan. Sebaiknya mereka pun dibekali keterampilan,” kata Ny Mufidah Jusuf Kalla saat hadir pada acara wisuda lulusan SD, SMP, dan alumni Sekolah Luar Biasa (SLB) Dian Grahita, Jakarta, Senin (6/8).
Menurut suster Joanni, Kepala SLB Dian Grahita, wisuda ini sangat berarti bagi anak-anak down syndrome. “Inilah bukti cinta orangtua dan sekolah kepada anak-anak kami. Mudah- mudahan ini titik awal. Saatnya masyarakat menerima dan mencintai anak-anak kami,” katanya.
Down syndrome disebabkan adanya gangguan pada kromosom yang ke-21. Manusia memiliki 23 pasang kromosom. Pada anak down syndrome, kromosom mereka yang ke-21 tidak sepasang (dua), melainkan tiga kromosom (trisomi). Dengan kata lain, down syndrome adalah gangguan genetik.
Pada wisuda hari Senin lalu, ada 30 anak yang diwisuda. Tujuh anak adalah lulusan SD, 11 lulusan SMP, dan 12 anak adalah alumnus SLB Dian Grahita. Mengenakan jubah dan toga berwarna ungu, mereka sangat antusias mengikuti acara wisuda yang dimeriahkan tari-tarian dari rekan-rekan mereka.
Menurut Ketua Ikatan Sindroma Down Indonesia (ISDI) Aryanti Rosihan Yacub, setelah tamat sekolah, anak-anak pada umumnya akan mengejar masa depan. Akan tetapi, para orangtua anak-anak down syndrome justru mengalami ketakutan bagaimana masa depan anak-anak mereka karena keterbatasannya.
“Karena itu ada ISDI, agar kehidupan mereka berguna dan berarti. Ada banyak rintangan dan cucuran air mata. Asuransi kesehatan pun menolak mereka karena takut rugi. Tetapi, dengan keterbatasan mereka, anak-anak ini sebetulnya juga dapat berprestasi mengangkat nama bangsa dan negara di dunia internasional,” kata Aryanti.
Kimberly, yang baru saja lulus SD (biasa dipanggil Kim Kim) pada SLB Dian Grahita, misalnya. Walaupun untuk berjalan saja Kim Kim mengalami kesulitan, tetapi begitu “nyemplung” ke kolam renang, ia bak ikat pesut yang bergerak cepat.
Michael Rosihan Yacub, yang lulus SMP, telah berpraktik kerja di British International School. Ia pun mampu mandiri. Robby Eko Raharja yang juga lulus SMP, selain lincah memainkan keyboard juga menang terus dalam acara-acara pekan olahraga.
Alumni SLB Dian Grahita, seperti Adrian Raharja, pun pernah menjadi juara I renang Porcaba 2005, mendapatkan medali perak Bocce di Taipei (Taiwan), juara I Bocce Porcaba 2007.
Tak semua anak down syndrome menyusahkan keluarganya. Seperti Marisa (16), siswa SMA Triasih di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Ia bisa mandiri dan sangat senang menari.
Betapa pun anak-anak, down syndrome ada di sekeliling kita. Adalah kewajiban kita untuk membekali mereka dengan keterampilan guna menghadapi masa depan….
Sumber (http://niasonline.net/2007/08/08/anak-berkebutuhan-khusus-jangan-sisihkan-anak-anak-down-syndrome-itu/)
Kamis, 27 Mei 2010
Asperger: Gangguan Anak Antisosial
Nyatanya tidak hanya penderitanya saja yang bertambah, kini varian autisme juga semakin banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu varian autisme yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.
Gangguan Asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter spesialis anak asal kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang pertama yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama pasien laki-laki.
Asperger memperhatikan, meskipun anak laki-laki tersebut memiliki tingkat intelegensia yang normal serta kemampuan bahasa yang baik, namun mereka memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu berkomunikasi secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.
Sindrom asperger banyak disebut sebagai varian dari autisme yang lebih ringan. Para ahli mengatakan, pada penderita sindrom asperger memiliki kondisi struktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pada penderita autisme.
Menurut Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical College Philadelphia, Susan B. Stine, MD karakter dari anak-anak yang mengalami sindrom asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara yang tidak biasa dan tingkah laku khusus lainnya.
Kemudian, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh pada orang lain.
“Mereka kemungkinan juga merasa nyaman dengan rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif terhadap stimulasi sensori tertentu, misalnya mereka akan tertanggu oleh nyala lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain. Bisa saja mereka menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja,” jelas Stine.
Selain itu, tambah Stine, ciri dari anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik, ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan tertentu.
Sumber (www.ilmupsikologi.com/?p=231&cpage=1)
Anak Tuna Ganda
Seperti contoh berikut, sebut saja Budi, ia mengalami tuna netra (buta) sejak kecil. Lalu saat ia masuk masa sekolah ia juga mengalami keterlambatan dalam menerima pelajaran. Ia lambat dalam berfikir dan juga susah untuk melakukan kontak sosial dengan orang sekitar. Sudah berkali – kali diajarkan oleh gurunya ia tetap sulit menerima pelajarannya.
Setelah di tes IQnya, berkisar 39 %. Contoh kasus tersebut adalah penyandang tuna ganda yaitu gabungan tuna grahita dan tuna netra.
Sumber (http://getmyhope.wordpress.com/2010/04/25/anak-tuna-ganda/)
Anak Tuna Rungu Diperkosa Temannya
Sungguh memilukan hati moral anak-anak ini. Tiga siswa Sekolah Dasar (SD) dilaporkan ke polisi karena diduga memerkosa teman satu sekolahnya sendiri, di Cematan Buay Madang, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan.
Anak perempuan yang menjadi korban, sebut saja Bunga (10), yang cacat tuna rungu. Siswa SD kelas 3 Desa Negeri Ratu, Kecamatan Bunga Mayang, Kabupaten OKU Timur, ini diperkosa tiga teman sekolahnya. Bahkan Bunga sempat dipaksa melakukan oral seks.
Peristiwa tersebut sebetulnya terjadi pada Selasa (14/4) ketika Bunga pulang dari sekolah sekitar pukul 11.00 WIB. Di tengah perjalanan pulang dengan berjalan kaki, Bunga dicegat tiga teman satu sekolah yakni Irh (10) teman sekelasnya, Cdr (13) kelas 6 dan Sah (11) kelas 4. Saat itulah, menurut Bunga, dia diseret di semak-semak pinggir jalan desa, dan diperkosa bergilir ketiga teman sekolahnya itu. Kepala Lara pun kena pukulan salah satu pelaku karena mencoba melawan.
Sejak Rabu (15/4) kemarin, ketiga pelaku ditahan di Mapolres Ogan Komering Ulu (OKU) Timur. Namun, saat diperiksa hingga hari ini, Kamis (16/04/2009), Cdr mengaku tidak melakukan perkosaan.
“Kami tidak melakukan yang itu, memang kami balik sekolah itu beriringan dan dia (Bunga) sempat kami ganggu dengan kata-kata, setelah itu dia lari pulang melewati jalan pintas, kami terus balik ke rumah masing-masing kami tidak pernah melakukannya,” katanya.
Namun berselang beberapa jam kemudian, menurut Cdr, dirinya dikejutkan dengan kedatangan ayah korban yang langsung marah-marah dan mencari orangtuanya. Ayah Bunga mengatakan bahwa dirinya telah memperkosa Bunga. “Aku bae tekejut, kok aku dituduh bapaknyo ngituke anaknyo,” tutur Cdr dalam bahasa setempat.
Bahkan dari cerita korban, menurut Sobirin, bapak Bunga, anaknya dipaksa salah satu dari pelaku untuk melakoni adegan oral seks di semak-semak.
Mendengar cerita korban yang masih polos dan lugu itulah lantas Sobirin mencari tahu siapa yang telah memperkosanya. Karena didesak terus, Bunga lalu menuliskan nama pelaku pada secarik kertas yakni Cdr, Irh dan Sah. Berbekal kopelan dan pengakuan korban ini lantas orangtua korban mendatangi kediaman ketiganya. Namun justru dirinya mendapatkan ancaman dari orangtua ketiga pelaku. Bahkan salah satu dari orangtua pelaku berani bersumpah kalau anaknya tidak melakukan perbuatan memalukan tersebut. “Dari nama yang ditulisnya aku sangat yakin pelakunya tidak lain tiga orang itu,” kata Sobirin.
Untuk membuktikan pengakuan Lara, Sobirin pun pada Selasa (14/4) sore membawanyan ke Puskesmas Martapura untuk mengecek kondisi kepala putrinya yang terasa sakit dan pusing setelah dipukul salah satu dari pelaku ketika aksi pemerkosaan ini terjadi.
“Awalnya aku ke Puskesmas Martapura itu bukan untuk visum namun mengecek kondisi kepalanya yang katanya sakit. Entah mengapa setibanya di puskesmas justru timbul niat aku untuk memeriksakan alat vitalnya,” jelas Sobirin. Karena tidak ada surat pengantar visum dari Polres, petugas puskesmas pun enggan melakukan visum sore itu, karena itulah kasus ini dilaporkannya ke Polres OKUT dan meminta untuk dilakukan visum. Dari hasil visum diketahui telah terjadi robek pada alat vital korban.
Aparat Polres OKUT langsung menindaklanjuti laporan Sobirin, dan pada Rabu (15/4) pagi petugas berhasil meringkus ketiga pelaku untuk diperiksa. Ketiganya masih mengenakan seragam sekolah putih merah didampingi orangtuanya masing-masing, sejumlah saksi serta diantar juga oleh perangkat desa.
“Tiga orang siswa yang diduga kuat telah memperkosa korban kini sudah kita panggil untuk dimintai keterangan dengan didampingi orangtua dan pejabat desa yang bersangkutan,” kata Kapolres OKUT AKBP ML John Mangundap SH SIK kepada pers di Martapura, Kamis (16/4).
Menurut Surachman karena ketiga pelaku masih di bawah umur dalam pemeriksaan perlu didampingi orangtua masing-masing. “Sejauh ini kita masih melakukan pemeriksaan. Yang jelas kasus ini akan kita ungkap dan jika nanti terbukti, tidak menutup kemungkinan pelaku akan ditahan,” katanya.
Keluarga
Menurut Yenni Izi, direktur Woman Crisis Centre (WCC) Palembang, kasus kekerasan seksual terhadap anak cukup tinggi di Sumsel. “Selama setahun kemarin, sekitar 100 lebih kasus yang korbannya anak-anak dan pelakunya anak-anak cukup sering terjadi,” kata Yenni.
Menurut Yenni, persoalan kasus kekerasan seksual terhadap anak ini sebagai dampak dari pola pendidikan di rumah maupun di sekolah. “Ini membuktikan ada yang salah dalam mendidik anak. Anak-anak yang melakukan tindakan itu, bisanya belajar dari lingkungan atau informasi yang didapatnya,” kata Yenni.
“Orangtua dan masyarakat harus perhatian yang lebih terhadap perkembangan anak-anak di lingkungannya,” ujar Yenni. (detikcom/k)
Sumber (http://hariansib.com/?p=70846)
Layanan pendidikan anak kebutuhan khusus di bawah 20%
"Baru sekitar 70.000 anak dari 346.000 anak berkebutuhan khusus di tanah air yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah formal dan khusus," kata Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa Depdiknas, Eko Djatmiko Sukarso,di Jakarta, Minggu (13/12).
Dijabarkannya, layanan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang mengalami ketunaan seperti tuna netra, tuna grahita maupun yang memiliki kebutuhan khusus lainnya cukup kompleks dan tersebar luas. "Hingga saat ini mereka belum bisa ditangani pemerintah secara maksimal," tandasnya.
Eko Djatmiko mengatakan, pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus bukan hanya meliputi penyandang cacat yang mengenyam pendidikan di sekolah luar biasa.
Pendidikan dengan cara yang khusus atau dinamakan pendidikan layanan khusus (PLK) juga dibutuhkan untuk melayani anak cerdas, berbakat istimewa, anak tenaga kerja indonesia (TKI) di daerah perbatasan dan luar negeri, anak jalanan, anak di dalam lembaga pemasyarakatan, anak korban bencana alam, anak penderita HIV/AIDS, anak pelacur, anak korban perdagangan orang, hingga suku terasing.
Untuk anak-anak cerdas atau berbakat istimewa yang diperkirakan jumlahnya sekitar 2,2 persen dari jumlah anak usia sekolah, baru sekitar 0,43 persen yang terlayani lewat pendidikan di kelas akselerasi dan sekitar satu juta lebih anak yang cerdas / berbakat istimewa yang potensial untuk mendukung kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Mereka juga termasuk anak-anak berbakat di bidang seni, budaya, dan bidang lainnya yang bisa mendukung kemajuan bangsa di masa depan belum menikmati pendidikan," katanya.
Sumber (http://www.primaironline.com/berita/sosial/layanan-pendidikan-anak-kebutuhan-khusus-di-bawah-20)
Rabu, 26 Mei 2010
Objective test
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Self ratting
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Life ratting
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Ketidaksadaran kolektif
sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA)
Minggu, 23 Mei 2010
Minat Rekreasi Remaja
b. Bersantai
c. Berpergian
d. Hobi
e. Dansa
f. Membaca
g. Menonton
h. Radio dan Kaset
i. Televisi
j. Melamun
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Pengelompokan Sosial Remaja
b. Kelompok Kecil
C. Kelompok Besar
d. Kelompok yang Terorganisasi
e. Kelompok Geng
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
. Kriteria Keberhasilan Penyesuaian Perkawinan
b.Hubungan yang baik antara anak dan orangtua
c.Penyesuaian yang baik dari anak-anak
d.Kemampuan untuk memperoleh kepuasaan dari perbedaan pendapat
e.Kebersamaan”
f.Penyesuaian yang baik dalam masalah keuangan
g.Penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan
b. Keinginan Untuk Mandiri
c. Keluargaisme
d. Mobilitas Sosial
e. Anggota Keluarga Berusia Lanjut
f. Bantuan Keuangan Untuk Keluarga Pasangan
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Kondisi Umum yang mempengaruhi perubahan kegiatan rekreasi
b.Status Ekonomi
c.Pendidikan
d.Status Perkawinan
e.Jenis Kelamin
f.Kondisi Kehidupan
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
. Beberapa Kondisi Umum yang mempengaruhi perubahan minat pada usia lanjut
• Status Sosial
• Status Ekonomi
• Tempat Tinggal
• Seks
• Status Pernikahan
• Nilai
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Perubahan Mental Pada Usia Lanjut
o Berpikir dalam memberikan argumentasi
o Kreativitas
o Ingatan
o Mengingat Kembali
o Mengenang
o Rasa Humor
o Perbendaharaan Kata
o Kekerasaan Mental
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Perubahan Umum Kemampuan Motorik Pada Usia Lanjut
b.Kecepatan
c.Belajar Keterampilan Baru
d.Kekakuan
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Bidang Persiapan Bagi Usia Lanjut
• Pensiun
• Pemanfaatan waktu luang
• Kemandirian dalam bidang keuangan
• Hubungan Sosial
• Perubahan Peran
• Pola Hidup
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Peranan yang dimainkan orangtua usia lanjut dewasa ini
o Peran Berusaha-Lucu
o Peran Orangtua Pengganti
o Peran “Danau Sumber Kebijaksanaan Keluarga”
o Peran Tokoh Jarak Jauh
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Kondisi yang merumitkan penyesuaian diri terhadap perubahan pola keluarga pada usia madya
• Hilangnya peran sebagai orangtua
• Kurangnya persiapan
• Perasaan kegagalan
• Merasa tidak berguna lagi
• Kekecewaan terhadap perkawinan
• Merawat anggota keluarga berusia lanjut
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Kondisi umum yang menghambat proses penyesuaian diri bagi orang usia madya
o Penampilan yang tidak menarik
o Kurang memiliki keterampilan sosial
o Kecenderungan untuk lebih suka berkontak dengan keluarga
o Masalah Keuangan
o Tekanan karena keluarga
o Popularitas yang Diinginkan
o Mobilitas Sosial
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Kegiatan Rekreasi yang Populer bagi Usia Madya
• Membaca
• Film
• Radio dan Televisi
• Hiburan
• Melakukan Perjalanan (Piknik)
• Hobi
• Kursus
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Sindrom Klimaterik Pada Pria
o Nafsu Seksual Menurun
o Penampilan Kelelakian Menurun
o Gelisah Akan Kepriaannya
o Ketidaknyamanan Fisik
o Menurunnya Kekuatan dan Daya Tahan Tubuh
o Perubahan Kepribadian
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Sindrom Menopause
Sistem Reproduksi Menurun dan Berheni
Penampilan Kewanitaan Menurun
Ketidaknyamanan Fisik
Berat Badan Bertambah
Penonjolan
Perubahan Kepribadian
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Tanda-tanda yang jelas usia lanjut
• Berkurangnya Rambut dan Beruban
• Perubahan Pada Kulit
• Tubuh Menjadi Gemuk
• Perubahan Otot
• Masalah Persendian
• Perubahan Pada gigi
• Perubahan Pada Mata
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Tugas-tugas perkembangan pada usia madya
• Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan minat
• Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan
• Tugas-tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Masalah Umum yang dihadapi pria atau wanita yang bercerai
o Masalah Praktis
o Masalah Psikologis
o Masalah Emosional
o Masalah Sosial
o Masalah Kesepian
o Masalah Pembagian Tanggungjawab terhadap Pemeliharaan Anak
o Masalah Seksual
o Masalah Perubahan konsep diri
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Ungkapan umum akan ketidakpuasan kerja
• Mengeluh terhadap seluruh aspek kerja.
• Tidak teliti, dan lalai terhadap tugas.
• Cenderung mudah melakukan kekeliruan dan kecelakaan.
• Kurang loyal terhadap majikan dan perusahaan.
• Sering membolos secara berturut-turut.
• Berusaha menciptakan suasana tidak menyenangkan di kalangan teman sekerja.
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Pembagian Masa Dewasa
Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduksi
Masa Dewasa Madya
Masa Dewasa madya masa dimulai pada umur 40 tahun sampai pada umur 60 tahun, yakni saat baik menurutnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap orang.
Masa Dewasa Lanjut
Masa Dewasa Lanjut – senescence, atau usia lanjut dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian. Pada waktu ini baik kemampuan fisik maupun psikologis cepat menurun, tetapi teknik pengobatan modern, serta upaya dalam hal berpakaian dan dandanan, memungkinkan pria dan wanita berpenampilan, bertindak, dan berperasaan seperti kala mereka masih lebih muda.
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Kategori stres pada usia madya
o Stres budaya, yang berasal dari penempatan nilai yang tinggi pada kemudian, keperkasaan, dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu.
o Stres ekonomi, yang diakibatkan oleh beban keuangan dari mendidik anak dan memberikan status simbol bagi seluruh anggota kelompok
o Stres psikologis, yang mungkin diakibatkan oleh kematian suami atau isteri, kepergian anak dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan, atau rasa hilangnya masa muda, dan mendekati ambang kematian.
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Kualitas yang penting pemimpin dewasa
o Tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mayoritas dalam kelompok
o Konsep pribadi yang realistik
o Tujuan yang realistik
o Tidak mudah frustasi
o Kemampuan meyatakan perbedaan pendapat dengan bijaksana
o Kemampuan menerima keberhasilan atau kegagalan secara simpatik
o Kemampuan dan kesediaan menerima wewenang
o Kemampuan dan kesediaan berkomunikasi dengan orang lain
o Kesediaan bekerja untuk kelompok
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Hiburan-hiburan yang popular dikalangan orang-orang dewasa muda
karena banyanya tanggung jawab mereka, orang dewasa muda terbatas waktunya untuk membaca. Oleh karena itu mereka perlu selektif mengenai bacaannya. Biasanya mereka cenderung membaca surat kabar dan majalah daripada membaca buku.
b. Mendengarkan musik
orang dewasa muda pada umumnya mendengarkan kaset-kaset musik atau mendengarkan musik di radio atau televise sebagai cara untuk mengenyahkan kebosanan dan rasa kesepian. Ada yang menyukai musik pop sejak remaja – ada yang kemudian menyukai musik klasik.
c. Film
orang dewasa muda yang belum menikah sering menonton film dalam rangka berpacaran, seperti dulu sewaktu masih remaja. Mereka yang sudah menikah tidak lagi sering menonton film, apalagi sesudah mereka punya anak, karena mereka harus mengupah orang untuk menjaga anak, atau memilih film yang juga dapat ditonton oleh anak mereka.
d. Radio
banyak wanita yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga sambil mendengarkan radio, demikian pula banyak pula pria yang mendengarkan radio dalam perjalanan dan dari tempat pekerjaan. Radio menyajikan berita maupun hiburan.
e. Televisi
menonton televisi, apalagi di malam hari, merupakan hiburan favorit mereka yang sudah mempunyai anak. Semakin besar keluarga dan semakin rendah penghasilan, semakin banyak waktu yang dihabiskan dengan menonton televisi. Pria sebagai kelompok lebih menggemari acara olah raga dan wanita lebih menyukai komedi rumah tangga atau pemutaran ulang film-film terkenal.
Sumber (Hurlock, Elizabeth B.Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima.Erlangga.)
Selasa, 18 Mei 2010
Labeling Pada Anak
Sebut namanya Kaisar, seorang anak yang didiagnosis autis asperger. Kaisar cenderung memperlihatkan emosi yang datar dan jarang terlihat perilaku stereotype seperti tapping atau flapping. Rekan-rekan saya yang lain tidak ada yang berani mendekatinya dengan asumsi jika hubungan belum dalam namun mengintervensi terlalu jauh, dikhawatirkan anak akan mempersepsikan berbeda dan akan menambah masalah. Karena gemas karena Kaisar kelewat lama di bawah meja, saya mengambil suling dan merangkak ke bawah meja.
Kehadiran saya membuat Kaisar terganggu tentunya. Daripada mengajaknya ngobrol, saya memainkan lagu dari suling yang saya bawa. Apa yang saya lakukan hanya mendapatkan sedikit perhatian dari Kaisar. Teringat bahwa Kaisar sangat menguasai F1 – bahkan ia tahu sejarah dan kecelakaan-kecelakaan yang terjadi di setiap musim dan ketika ia menceritakan tentang F1, ia dapat berbicara dengan lancar namun kaku dan sulit merasakan apakah lawan bicaranya tertarik atau tidak dengan minatnya – saya pun bertanya-tanya siapa pembalap kesukaanya. Ketika hati Kaisar mulai luluh, saya bertanya mengapa Kaisar ada di bawah meja. Kaisar menjawab, “Karena aku penyendiri dan aku suka sendiri. Kata tiga dokter, aku ini autis. Tapi dokter yang lain bilang aku ini enggak autis, tapi sifat-sifatnya masih ada. Aku suka di bawah sini karena disini banyak barang-barang yang enggak penting, seperti aku dan kamarku.” Saya bertanya darimana Kaisar tahu bahwa ia autis dan menganggap dirinya tidak penting, ia menjawab dari teman dan orang tuanya.
Diagnosis dokter mengenai gangguan perkembangan anak seperti ADHD, ADD, PDD-Nos, dan lainnya, menjadi trend sendiri bagi para orang tua untuk melabelkan anaknya. Sepengetahuan saya dari para orang tua yang saya temui, sepertinya orang tua seolah-olah bangga jika anaknya didiagnosis ‘autis’ atau ‘hiperaktif’ ketimbang sakit ‘TBC’ atau ‘polio’. Masalah yang terjadi adalah jika orang tua yang menganggap gangguan perkembangan anak bukanlah masalah yang perlu ditutup-tutupi dan membuat anak tahu – entah dari orang lain, lingkungan, atau dari orang tuanya sendiri.
Menurut kamus Merriam-Webster, label adalah deskripsi atau identifikasi melalui kata atau frase. Label diberikan kepada anak untuk mendeskripsikan beberapa perilaku yang dimiliki anak. Labeling positif seperti ‘anak pintar’ biasanya diberikan kepada anak yang juara kelas, labeling negatif seperti ‘anak bodoh’ biasanya diberikan kepada anak yang sulit menyerap pelajaran – tanpa mau tahu apakah gaya belajar anak terakomodasi dengan baik atau tidak dan biasanya kemampuan anak diukur dari pelajaran science ketimbang seni atau sosial.
Labeling Negatif
Dalam kasus di atas, Kaisar diberikan label atau “cap” bahwa ia adalah anak autis. Anak akan percaya dengan label jika hal tersebut diberikan oleh orang-orang berpengaruh di kehidupan mereka: orang tua. Masalah yang terjadi dalam pemberian label terhadap perilaku anak adalah anak cenderung berperilaku sesuai label yang diberikan kepada mereka terutama jika label dikuatkan oleh lingkungan sekitar yang bertindak seolah-olah bahwa label tersebut benar. Akibatnya akan baik jika label yang diberikan positif sehingga anak akan berperlaku sesuai harapan yang diberikan lingkungan mereka, namun akan berakibat buruk jika label yang diberikan negatif, ini memungkinkan anak bertindak melebihi label yang diberikan kepada mereka seperti ‘toh saya sudah di-cap nakal, jadi sekalian saja saya nakal’.
Menurut Mary Sheedy Kurcinka, penulis buku Raising Your Spirited Child (Harper Collins, 1992), label negatif dapat membuat anak kesulitan membangun self-esteem yang baik. Kurcinka berpendapat labeling tidak hanya berpengaruh terhadap perilaku anak tetapi juga perlakuan orang tua itu sendiri. Orang tua yang menggunakan kata positif daripada label negatif cenderung bertindak kepada anaknya dengan perilaku dan penghargaan yang lebih baik.
Perlu diingat bahwa labeling tidak selamanya buruk. Label pada anak dengan gangguan belajar dan/atau perilaku akan membuat anak mendapatkan dukungan dan pelayanan khusus seperti terapi atau obat-obatan. Label diaplikasikan untuk memfokuskan perhatian orang tua dan para ahli dalam memberikan perlakuan terhadap gangguan yang dimiliki anak. Namun terkadang orang lupa dengan akibatnya. Seperti Kaisar, secara tidak langsung label juga membuat anak terstigmatisasi dari kehidupan normalnya.
Sumber artikel (ruangpsikologi.com › Featured)
Anak Indigo, Istimewa Tapi Jangan Dianggap Aneh
Annisa Rania Putri, yang lahir tahun 1999, aktif berbicara dalam bahasa Inggris. Padahal bahasa ini bukan bahasa sehari-hari dalam keluarga mereka. Menurut orangtuanya, kemampuan bicara dalam bahasa Inggris ini didapatnya tanpa belajar, tak lama setelah ia mulai bisa bicara. Selain itu, gadis cilik ini menguasai beberapa bahasa lain, seperti bahasa Arab dan bahasa Korea. Annisa pun kerap memberikan ceramah tentang spiritualitas di hadapan orang-orang dewasa. Belum lagi kemampuannnya merancang bangunan bak seorang arsitek berpengalaman. Sebuah rumah di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Timur, adalah contoh karyanya. Selain itu, bukunya yang bertema spiritualitas juga sudah diterbitkan.
Gadis cilik ini adalah salah satu anak yang di-blow up media sebagai anak indigo. Begitu pula beberapa anak indigo lain beberapa kali diwawancarai media yang berupaya mengungkap keberadaan anak-anak istimewa ini.
Disinyalir keberadaan anak indigo ada sejak awal keberadaan manusia di bumi ini, namun istilah ‘indigo’ sendiri baru dipopulerkan oleh Nancy Ann Tappe, seorang konselor di Amerika Serikat pada era 80-an. Lewat bukunya ia menuturkan bahwa ia mengamati warna aura manusia untuk kemudian menghubungkannya dengan kepribadiannya. Dari pengamatan ini didapatlah sebuah warna indigo atau nila, yang merupakan campuran warna ungu dan biru. Warna ini biasanya dimiliki orang dewasa, namun ternyata dimiliki juga oleh anak-anak tertentu, hingga disebutlah mereka sebagai anak-anak indigo.
Sumber artikel (www.ummi-online.com/artikel-16-anak-indigo-istimewa-tapi-jangan-dianggap-aneh.html)
Memahami Post-Power Syndrome pada Orang yang Dicintai
Bila teman-teman Rudi main ke rumah, ayahnya selalu memberikan "kuliah" kepada teman-temannya supaya mereka mencontoh apa yang sudah dikerjakan ayahnya. Bahkan bukan hanya di rumah, di lingkungan tetanggapun, ayah Rudi dikenal sebagai "pengobral" cerita masa lalu yang sudah usang. Akibatnya, bukan hanya Rudi saja yang jengkel, tetapi tetangganya yang sudah bosan mendengar cerita ayahnya juga langsung menyingkir begitu melihat ayah Rudi datang.
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini. Seperti yang terjadi kepada ayah Rudi, beliau mengalami post-power syndrome. Beliau selalu ingin mengungkapkan betapa beliau begitu bangga akan masa lalunya yang dilaluinya dengan jerih payah yang luar biasa (menurutnya).
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome. Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang menyerangnya akan semakin parah.
Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya.
Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.
Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.
Penanganan
Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-power syndrome.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.
Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah mengejek dan selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan mengolok-oloknya.
Post-power syndrome menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita. Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah, akibatnya akan lebih parah.
Sumber atikel (www.angelfire.com/mt/matrixs/psikologi.htm)
Senin, 17 Mei 2010
Ketidaksadaran pribadi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Dimensi ketidaksadaran kepribadian
1. ketidaksadaran pribadi
2. ketidaksadaran kolektif
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Dimensi kesadaran kepribadian
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Perkembangan kepribadian
1. pertumbuhan fisik
2. frustasi
3. konflik
4. ancaman
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Identifikasi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Sublimasi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Rasionalisasi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Regresi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Fiksasi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Pemindahan objek
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Pembentukan Reaksi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA)
Projeksi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Represi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA)
Jenis-jenis mekanisme pertahanan ego
2. Projeksi
3. Pembentukan Reaksi
4. Pemindahan Objek
5. Fiksasi
6. Regresi
7. Rasionalisasi
8. Sublimasi
9. Identifikasi
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Mekanisme Pertahanan Ego
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Kecemasan
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
. Konflik
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA)
Karakteristik Instink
1. sumber (source) , kondisi rangsangan jasmaniah atau needs.
2. tujuan (aim), menghilangkan rangsangan jasmaniah atau mereduksi ketegangan sehingga mecapai kesenangan dan terhindar dari rasa sakit.
3. objek (object), meliputi benda atau keadaan yang berada dilingkungan yang dapat memuakan kebutuhan, termasuk kegiatan untuk memperoleh objek tersebut, seperti belanja, atau memasak makanan.
4. pendorong atau penggerak (impetus), kekuatan yang bergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan, seperti: makin lapar orang, penggerak instink makin besar pula.
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Instink mati
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Instink Hidup
Instink ini meliputi dorongan-dorongan jasmaniah, seperti: seks, lapar dan haus. Instink ini juga dinyatakan atau diwujudkan dalam berbagai komponen budaya kreatif, seperti: seni lukis, musik, kerja sama dan cinta.
Sumber(Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Klasifikasi instink
1. Instink hidup (life instink: eros)
2. Instink mati (death instink: thanatos)
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
. Instink
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Superego (Das Uber Ich) aspek sosiologis kepribadian
Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar dan salah. Melalui pengalaman hidup, terutama pada usia anak, individu telah menerima latihan atau informasi tentang tingkah laku yang baik dan yang buruk.
Ego (Das Ich) aspek psikologis kepribadian
Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana cara atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas. Peranan utama Ego adalah sebagai mediator atau yang menjembatani antara id dengan kondisi lingkungan atau dunia yang diharapkan.
Sumber (Yusuf LN,S.
Id (Das Es), aspek biologis kepribadian
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud
Sumber (Yusuf LN,S.,& A,Juntika Nurihsan.2008.Teori Kepribadian.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.)
Struktur kepribadian Freud
Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu:
!. id,
2.ego,
3.superego.
Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.